
Pembentukan Karakter Melalui Museum
Memiliki sekolah yang menyatu dengan museum cukup dilematis bagi TK Aisyiyah 58 Surabaya. Di satu sisi, butuh ekstra hati-hati bagi warga sekolah untuk menjaga segala benda di museum karena benda-benda itu tak ternilai harganya.
Di sisi lain, TK Aisyiyah 58 Surabaya bisa memanfaatkan museum MMS untuk membentuk karakter bagi anak didiknya. Otomatis, keberadaan Musium Muhammadiyah Surabaya bisa bermanfaat untuk menanamkan jiwa kemuhammadiyahan sejak dini pada diri siswa TK Aisyiyah 58 Surabaya.
“Umumnya anak-anak belum mahir membaca, jadi mereka hanya tanya itu foto-foto siapa? Kami para guru di sini menjelaskan itu nama tokohnya adalah…, apa peranan beliau dan sekilas perjuangan beliau. Termasuk gambar atau simbol Muhammadiyah dan Aisyiyah kami terangkan juga kepada anak-anak saat berada di museum MMS,” papar Azizah.
TK Aisyiyah 58 Surabaya benar-benar memanfaatkan museum MMS sebagai metode belajar untuk menanamkan jiwa ke-muhammadiyah-an (Ismuba) sejak dini pada anak-anak, agar kelak mampu menjadi tokoh-tokoh besar Muhammadiyah seperti foto-foto yang pasang di museum MMS.

Pembelajaran Semi Sentra
TK Aisyiyah 58 Surabaya berdiri sejak 25 Juni 2006, saat berita ini ditulis tepat milad ke-16, di bawah naungan didasmen Pengurus Cabang Aisyiyah (PCA) Mulyorejo Surabaya. Rata-rata jumlah total siswa per tahun hampir 100 anak.
Asal anak didiknya tersebar paling Utara daerah Tambakwedi, paling Barat hinga daerah Kapas Madya, paling Selatan sampai Kejawan Keputih. Untuk ke Timur, jelas tidak ada karena TK Aisyiyah 58 Surabaya berada di pesisir laut dekat Ken Park, pantai Kenjeran Baru.

Daya pikat warga memilih TK Aisyiyah 58 Surabaya karena sekolah ini menerapkan sistem pembelajaran semi sentra. Mengkombinasi belajar secara kelas dan kelompok sesuai setra.
Semi sentra di TK Aisyiyah 58 Surabaya ada dua sesi belajar yang berbeda. Pertama, saat pagi semua siswa belajar di kelas terbagi 4 rombel, masing-masing 15 anak per kelas. Kedua, namun saat siang usai jam istrirahat, siswa belajar per kelompok minimal 3 kelompok.

“Misal belajar tema bertani, siswa belajar dalam 3 kelompok; mencocok, mengunting, menulis. Mereka belajar dengan metode sesuai kelompoknya dan bergantian. Seluruh siswa berkempatan menjajal ketiga kelompok pembelajaran,” terang Eni Faridah SSos SPd, wali kelas TK B1.
Saat pagi pembelajaran di kelas, sambung Eni Faridah, siswa belajar baca, tulis, hitung (calistung) dan literasi seperti bercerita dengan gambar. Di sesi belajar pagi secara kelasikal inilah materi pembelajaran keislaman dan kemuhammadiyahan diajarkan.

“TK Aisyiyah 58 Surabaya juga dikenal karena hafalan juz 30 dan muroja’ahnya. Penguatan materi agama dan keislaman. Hafalan hadist-hadist, Hafalan doa-doa dan pembiasaan sholat dhuha,” ungkap Siti Nurjanahtin SPd, guru TK A1.
Kedua ustadzah tersebut mengaku, TK Aisyiyah 58 Surabaya dikenal masyarakat karena lulusannya sangat pandai baca, tulis dan berhitung, yang membuatnya mudah masuk di SD negeri dan SD swasta favorit. Di samping pandai calistung, lulusan TK Aisyiyah 58 Surabaya juga pandai ilmu keislamannya.(*)
Wartawan Sekolah MI Al Mustofa Surabaya
Anas Tasya Az Zahra (Kelas 5) dan Fahmi Zarkazy (Kelas 4)