GoodNewsSurabaya.ID – Memasuki area SDN Rangkah VI Surabaya pengunjung akan disuguhi berjajar Vertical Garden yang berisi beraneka tanaman dan pot hias hasil karya siswa. Ada pula beberapa spot foto mempesona terbuat dari olahan sampah non-organik. Konon sebelum pandemi, sekolah ini sukses terapkan zona merdeka dari sampah.
“Menjadikan sekolah indah dan asri tidaklah mudah. Setidaknya butuh lima tahun sekolah kami untuk tumbuhkan budaya bersih, ini dimulai sejak tahun 2016,” tegas Shinta Rahmawati, S.Pd., guru penggerak lingkungan hidup di SDN Rangkah VI Surabaya.
Bermula dari keprihatinan atas banyaknya sampah yang dihasilkan 1.425 siswa setiap harinya, terbesit ide Shinta untuk memulai gerakan mengurangi sampah yang berasal dan bungkus jajanan siswa. “Awalnya saya coba kumpulkan semua sampah di sini dan menimbangnya. Ternyata mencapai 2 kg tiap harinya,” aku Shinta.
Lanjut Shinta, upaya mengurangi sampah dari jajanan siswa dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, bikin aturan melarang jajanan minuman gunakan plastik diganti dengan meminjamkan gelas yang disediakan sekolah.

“Pertama, saya sediakan 48 gelas plastik untuk dipinjamkan ke siswa bertulisankan Pijam Bersih Kembali Bersih. Tapi dalam 2 minggu semua gelas hilang. Lalu ganti cara, kami pinjami gelas ke setiap penjual masing-masing 1 lusin. Namun muncul pro kontra dari penjual,” cerita Shinta mengenang pengalamannya.
Sambung Shinta, akhirnya disepakati aturan pembelian jajanan harus menggunakan gelas dan piring yang disediakan sekolah. Jika ada yang melanggar, akan didenda oleh petugas piket di setiap kelas.
“Setiap kelas ada 5 petugas piket 5K (Kebersihan, Ketertiban, Keindahan, Kekeluargaan dan Keamanan). Jika ditemukan sampah, siswa piket 5K menyelidiki sampah itu dari siapa langsung didenda,” kata Shinta.
Hasilnya, praktis jumlah sampah di SDN Rangkah VI Surabaya berkurang hampir 80%. Bukan hanya itu, beberapa olahan sampah berhasil diproduksi oleh siswa, antara lain; PUCANGLUR Pupuk Cangkang Telur, juga sabun, lilin dan pengharum ruangan yang terbuat dari limbah minyak jelantah.
“Selain mampu merdeka dari sampah, SDN Rangkah VI juga berhasil menghasilkan banyak produk olahan sampah seperti vertical garden, pot dari bahan anduk bekas, sabun, lilin dan pengharum ruangan dari jelantah hingga yang paling fenomenal pupuk dari cangkang telur,” jelas Shinta.

Pupuk Cangkang Telur atau Pucanglur merupakan karya Rafka Fairuz Hasan kelas IV mampu menyabet Runner up II Pangeran Lingkungan Hidup 2020. Pupuk kering ini telah dijual secara online dan telah dikirim ke banyak kota seperti Jogyakarta, Solo, Denpasar dan Jakarta. Pupuk ini diminati masyarakat karena terbukti efektif mengemburkan tanah.
“Produk olahan lainnya yang akan diikutkan pada Pangput 2021 adalah budidaya lavender dan pemanfaatan minyak jelantah untuk pewangi, sabun, lilin aroma terapi oleh Christabel (kelas 4) dan budidaya pandan wangi untuk sabun cuci piring atau cuci tangan berbahan pandan wangi karya Rasya kelas 4. Rasya mendapat dukungan teman-temannya dengan mengadopsi tanaman, merawatnya di rumah lalu diserahkan ke sekolah,” pungkas Shinta.
Terciptanya kondisi dan budaya sekolah bersih di SDN Rangkah VI mendapat dukungan kepala sekolah, Rita Erwiyah, M.Pd., yang berjanji akan terus dipertahankan dan dikembangkan dengan melibatkan lebih banyak siswa, guru dan karyawan karena adanya merger dua sekolah, SDN Rangkah 6 dan 7.

“Pembiasaan kepedulian lingkungan di SDN Rangkah VI tetap diteruskan dan mengajak SDN Rangkah VII. Merger ini membuat kami terus berbenah dalam menyatukan dua sekolah. Target kami mampu menjadi sekolah adiwiyata tingkat propensi tahun 2022,” harap Rita.
Di luar itu, SDN Rangkah VI di sisi barat bertetangga dengan SDN Rangkah I. SDN Rangkah VI dan SDN Rangkah I keduanya sama-sama sekolah Adiawiyata dan nominasi PangPut LH dari tahun ke tahun. Uniknya, kedua sekolah bertetangga ini selalu beda program dan produk olahan yang dihasilkan. (*)
saksikan video berita di bawah ini
IG : smpmuh13sby
Youtube: Official SPEMGALAS
WEB: smpmuh13sby.sch.id