GoodNewsSurabaya.ID – “Merubah sampah jadi emas” pepatah kuno ini mampu diaplikasikan riil di SDN Rangkah 6 Surabaya. Beraneka produk olahan daur ulang sampah tertata rapi di area display sekolah, di antaranya; sofa dari botol plastic, pot hias dari anduk bekas, vas dari stik-sedotan hingga tas rajutan dari bungkus kopi.
“Bagian dari kurikulum sekolah adiwiyata maka hasil karya siswa kami harus berbasis lingkungan, seperti pemanfaatan sampah unorganik, yang tingkat kesulitan disesuaikan dengan kompetensi dasar per jenjang kelas,” terang Shnta Rahmawati, S.Pd., selaku ketua tim Adiwiyata SDN Rangkah 6 Surabaya
Shinta yang ditemui di ruang gamelan SDN Rangkah 6 segera menunjukan stand display karya siswanya, yang terletak tepat di depan galeri gamelan di sisi timur ruang tersebut. “Hasil karya siswa biasanya dijual saat even, misal saat even siswa inklusi. Atau saat pameran sekolah yang mengundang para orang tua. Di situlah karya siswa laris manis terjual,” tutur Shinta.
Lanjut Shinta, dari beberapa kali acara, produk karya siswa yang paling diburu pembeli adalah masker buatan siswa. “Masker ini banyak terjual kisaran delapan sampai sepuluh ribu. Berbahan kain batik atau kain presisima dengan hiasan batik bermotif shibori atau percik,” aku Shinta.

Selain masker, produk berbahan kain yang laris adalah taplak meja dan sarung bantal. Sedangkan produk daur ulang yang cukup diburu adalah tiruan tanaman atau daun berbahan plastic. “Tiruan daun sansivera kecil seharga 2-3 ribu dan yang besar 5-10 ribu. Ini terbuat dari plastik bungkus kiriman online ada 3 lapisan yang ditempel dengan cara disetrika.”
Sedangkan produk yang cukup artistic yang paling laris adalah pot bunga berbahan kain handuk atau kain pel seharga 10-40 ribu. “Handuk bekas atau kain pel dicampur dengan air semen diletakkan di atas pot plastic, lalu jemur dalam posisi pot plastik terbalik. Setelah agak keras semen handuknya, ambil pot plastik cetaknya, lalu semen handuk itu diberi warna untuk mempercantik,”terang Shinta.

Produk yang cukup mahal dan cukup rumit proses pembuatannya adalah tas anyaman berbahan enceng gondok atau bungkus kopi. Khusus yang berbahan plastic bungkus kopi prosesnya diawali dari menyuci atau membersihkan bungkus plastic itu, lalu dipilih dan dipilah cari motif yang senada baru dirangkai dengan teknik menganyam.
“Tas ibu-ibu yang cukup mewa ini kisaran harganya 25 hingga 150 ribu. Mahalnya karena kain dalaman tasnya harus yang kuat, lembut dan memiliki banyak kantong beresliting untuk penyimpanan. Ini produk karya siswa kami yang lumayan mahal,” jelas Shinta dengan senyum bangganya.

Menurut Shinta, produk hasil karya siswa yang dijual saat pameran dan even atau yang dipajang di sudut display kebanyakan hasil dari Uji Kemampuan Ketrampilan (UKK) kelas 6. Kemahiran membuat produk daur ulang saat UKK kelas 6 dikarenakan sejak kelas 3, 4, 5 siswa telah berpengalaman membuat produk sesuai KD atau kompetensi Dasarnya.
“Brdasarkan KD-nya siswa SDN Rangkah 6 Surabaya di kelas 3 sudah mampu membuat tempat pencil berbahan daur ulang. Kelas 4 bisa membuat tempat tizzu. Kela 5 mampu menganyam tas dll sehingga saat UKK kelas 6 tidak kesulitan membuat produk,”pungkas Shinta.(*)
Sanksikan Video Youtube
IG : smpmuh13sby
Youtube: Official SPEMGALAS
WEB: smpmuh13sby.sch.id