GoodNewsSurabaya.ID – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi menyatakan wabah Covid-19 sebagai pandemi global. Hingga Akhir April 2020, Covid-19 mewabah ke 210 negara, menginfeksi hampir 3 juta orang dan menewaskan 200 ribu jiwa. Akibatnya, arus keluar masuk barang dan manusia antar negara jadi terganggu.
Akibat Covid-19 berimbas pada program “Sister School” SMP Muhammadiyah 5 Surabaya dengan Pittayakom School (Rayong, Thailand) dan Daejeo Mid/High School (Busan, Korea Selatan). Program Sister School SMP Muhammadiyah 5 Pucang Surabaya (Spemma) telah berjalan 8 tahun. Setiap tahunnya ada pertukaran pelajar untuk belajar selama 8-10 hari ke masing-masing sekolah.
Bila mengacuh pada agenda dan program tahunan sekolah, seharusnya pada bulan Maret 2020 giliran Spemma menerima siswa tamunya dari Thailand. Namun, akibat pandemic Covid-19 agenda tersebut ditunda. Sedangkan kunjungan pembelajaran siswa dan guru Daejeo Mid/High School Busan, Korea Selatan dimajukan pada awal tahun, Januari 2020.
Sebelum itu. Tepatnya Senin (16/12/2019) Sebanyak 10 siswa Spemma kelas 7 dan 8 berangkat menuju Pittayakom School, Rayong, Thailand. Serta 13 peserta didik lainnya ke Daejeo Mid/High School, Busan, Korea Selatan. Total 23 siswa Spemma mengikuti program belajar ke luar negeri selama 8-10 hari menjelang akhir tahun 2019.
Menurut Kepala Spemma. Drs H. Alim M.Pd.I, pengiriman duta sekolah ke luar negeri (Student Exchange) bertujuan melatih kemampuan peserta didik untuk mengaplikasikan seluruh pembelajaran yang telah diperoleh di sekolah.
“Salah satu contohnya, mereka harus tetap melaksanakan ibadah meski dalam perjalanan jauh, seperti shalat dan bertayamum bila diperlukan saat perjalanan,” ujar pria yang baru diberi amanah menjadi kepala Spemma periode 2019-2023 itu.
Peserta Student Exchange dipilih melalui serangkaian tes yang dilakukan sekolah. Diawali tes percakapan bahasa Inggris bersama seorang dosen hingga tes bakat dan minat di bidang seni.
Sebelum berangkat, mereka dibekali kemampuan seni tradisional, bahasa, dan budaya Indonesia serta keunggulan Spemma. Sajian tari tradisional, pertunjukan musik ansambel, dan bendera semapur dari kegiatan ekstrakurikuler Hizbul Wathan wajib mereka kuasai untuk ditampilkan di hadapan pelajar sekolah yang mereka tuju.
Bukan hanya itu, peserta juga dibekali pengetahuan mengenai budaya Islami di negeri orang. Mulai cara memilih makanan, bagaimana beretika dengan budaya negara lain, hingga cara hidup masyarakat Thailand atau Korea Selatan.
“Peserta didik ini nanti akan memahami cara hidup orang-orang Korea Selatan dan Thailand melalui orang tua asuh masing-masing,” jelas kepala sekolah yang juga seorang da’i.
Selama delapan hari mengikuti kegiatan, peserta Student Exchange juga wajib membuat tugas laporan yang telah ditentukan sekolah. Tugas itu nanti dipresentasikan di hadapan wali murid dan peserta didik Spemma lainnya.
Melalui kegiatan ini, sekolah berharap seluruh peserta dapat mengembangkan soft skill sebagai pribadi yang lebih baik dan dapat ditularkan ke seluruh teman-teman di Spemma.
“Pribadi yang lebih baik itu mencakup kemandirian, cara bertindak, pola pikir, hingga rasa empatinya terhadap orang lain,” pungkasnya. (*)